Pendidikan anak dalam Islam adalah amanah besar yang langsung Allah bebankan di pundak orang tua. Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān merangkum amanah ini dalam karya monumental Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām, sebuah ensiklopedi pendidikan anak yang sangat lengkap.
1. Anak Adalah Amanah, Bukan Sekadar Karunia
Allah Ta‘ālā berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; dijaga oleh malaikat-malaikat yang kasar lagi keras; mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Taḥrīm: 6)
Ali bin Abi Ṭālib radhiyallāhu ‘anhu menafsirkan ayat ini:
علّموا انفسكم واهليكم الخير
“Ajarkanlah kebaikan kepada diri kalian dan keluarga kalian.”
Inilah inti pendidikan anak dalam Islam: melindungi mereka dari neraka dengan ilmu, iman, dan adab.
Imam al-Ghazālī رحمه الله menggambarkan posisi anak di tangan orang tua dengan ungkapan yang sangat menyentuh:
الصبي امانة عند والديه وقلبه الطاهر جوهرة نفيسة ساذجة خالية من كل نقش وصورة وهو قابل لكل ما ينقش ومائل الى كل ما يمال به اليه فإن عود الخير وعلم نشأ عليه وسعد في الدنيا والاخرة وشاركه في ثوابه ابواه وكل معلم له ومؤدب وان عود الشر واهمال اهمال البهائم شقي وهلك وكان الوزر في رقبة القيم عليه والوالي له
“Seorang anak adalah amanah di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang suci laksana permata yang berharga, polos, kosong dari segala ukiran dan bentuk. Ia siap menerima apa saja yang diukirkan padanya dan condong kepada apa saja yang diarahkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, ia akan tumbuh di atas kebaikan itu dan berbahagia di dunia dan akhirat; dan orang tuanya serta para pendidik ikut memperoleh pahalanya. Namun jika dibiasakan keburukan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa; dan dosanya ditanggung oleh wali yang memeliharanya dan penguasa yang bertanggung jawab atasnya.”
2. Fondasi Qur’ani & Nabawi Pendidikan Anak
2.1. Anak Dilahirkan di Atas Fitrah
Rasulullāh ﷺ bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada seorang pun bayi melainkan dilahirkan di atas fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. al-Bukhārī no. 1385, Muslim no. 2658)
Fitrah di sini—sebagaimana dijelaskan para ulama—adalah kesiapan untuk menerima tauhid dan kebenaran Islam. Lingkungan, terutama orang tua, yang mengarahkan apakah fitrah itu akan terjaga atau justru rusak.
Dr. Ulwan menekankan bahwa memahami fitrah ini membuat orang tua sadar:
-
- Anak bukan “kertas kosong netral”, tetapi punya kecenderungan kebaikan yang harus dipelihara.
- Setiap kelalaian orang tua berpotensi merusak fitrah tersebut.
2.2. Orang Tua Adalah “Penggembala” atau Pemimpin dan Penentu Arah Pendidikan Anak
Rasulullāh ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhārī no. 2558, Muslim no. 1829)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya – artinya, pendidikan anak adalah tanggung jawab langsung ayah dan ibu.
2.3. Perintah Menyuruh Anak Shalat
Rasulullāh ﷺ bersabda:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka (jika masih meninggalkan) ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abū Dāwūd no. 495)
Hadits ini menunjukkan pendidikan praktis dan bertahap: mulai dari perintah, pembiasaan, sampai disiplin yang terukur.
3. Prinsip Besar Tarbiyat al-Awlād
Berikut ringkasan konsep yang sering ditekankan Dr. Ulwān dalam kitabnya:
3.1. Teladan Orang Tua Adalah Kunci
DR. Ulwān menegaskan bahwa sebaik apa pun kurikulum, tidak akan bermanfaat jika orang tua bukan teladan. Anak belajar utama melalui penglihatan, bukan sekadar nasihat.
Dalam salah satu pembahasan, beliau menjelaskan bahwa anak tidak akan mampu mengamalkan prinsip-prinsip kebaikan, selama ia tidak melihat pendidiknya sebagai contoh moral yang tinggi.
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله mengkritik keras orang tua yang abai:
وكم ممن اشقى ولده وفلذة كبده في الدنيا والاخرة باهماله وترك تاديبه واعانته على شهواته ويزعم انه يكرمه وقد اهانه وانه يرحمه وقد ظلمه وحرمه ففاته انتفاعه بولده وفوت عليه حظه في الدنيا والاخرة واذا اعتبرت الفساد في الاولاد رايت عامته من قبل الاباء
“Betapa banyak orang yang membuat anaknya—buah hatinya—celaka di dunia dan akhirat karena kelalaiannya, karena ia tidak mendidik dan tidak menertibkannya, bahkan membantunya mengikuti syahwatnya. Ia menyangka telah memuliakan anaknya padahal ia telah menghinakannya; ia mengira menyayanginya padahal ia menzhalimi dan merampas haknya. Akhirnya ia kehilangan manfaat dari anaknya, dan merampas bagian anaknya di dunia dan akhirat. Jika engkau memperhatikan kerusakan yang terjadi pada anak-anak, akan engkau dapati bahwa mayoritas sebabnya berasal dari para orang tua.”
3.2. Cinta, Kasih Sayang, dan Kedekatan Psikologis
DR. Ulwān membahas pentingnya perasaan psikologis terhadap anak: menampakkan cinta, belaian, senyuman, dan kehangatan. Ini bukan sekadar unsur emosional, tapi bagian dari metode pendidikan.
Tanpa cinta, nasihat akan terasa keras dan sulit diterima. Dengan cinta, teguran menjadi lebih ringan dan anak merasa aman dekat dengan orang tua.
3.3. Lingkungan Keluarga & Masyarakat
DR. Ulwān menekankan:
-
- Rumah adalah madrasah pertama.
- Lingkungan pergaulan, sekolah, media, dan teman sebaya memiliki dampak besar pada keimanan dan akhlak anak.
Karena itu, orang tua wajib memilihkan:
-
- Teman yang shalih
- Sekolah yang menjaga akidah
- Konten media yang bersih dari syubhat dan syahwat
kerusakan anak sering bersumber dari lalainya orang tua, baik karena:
-
- Salah memilih lingkungan,
- Gaya hidup yang buruk,
- Tidak memberi teladan,
- Tidak membentengi anak dari serangan pemikiran dan moral yang menyimpang.
4. Tujuh Pilar Pendidikan Anak dalam Islam Menurut Ulwān
Berikut tujuh pilar pendidik sebagaimana diuraikan dalam Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām:
4.1. Pendidikan Iman (at-Tarbiyah al-Īmāniyyah – التربية الإيمانية)
Inilah fondasi semuanya, diantara bentuknya adalah:
-
- Mengenalkan anak kepada Allah sejak dini: Allah yang mencipta, memberi rezeki, melihat segala amal.
- Mengajarkan kalimat tauhid, makna syahadat, dan menjauhkan anak dari syirik dan khurafat.
- Membacakan kisah para nabi dan orang shalih untuk menanamkan rasa cinta kepada iman.
Ayat yang sangat indah tentang pendidikan iman adalah nasihat Luqmān kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“Wahai anakku! Sesungguhnya jika ada (amal) seberat biji sawi, berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sungguh Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqmān: 16)
4.2. Pendidikan Akhlak (at-Tarbiyah al-Khuluqiyyah التربية الخلقية)
Akhlak bukan sekadar sopan santun, tapi karakter yang lahir dari iman. Di antara bentuknya:
-
- Membiasakan jujur, amanah, menepati janji
- Melatih sabar, menahan marah, santun kepada orang tua dan guru
- Mengajarkan adab lisan: tidak mencela, tidak ghibah, tidak berkata kotor
DR. Ulwān menegaskan bahwa pendidikan akhlak harus dimulai sejak dini dan berlangsung terus menerus hingga anak dewasa.
4.3. Pendidikan Jasmani (at-Tarbiyah al-Jismiyyah التربية الجسمية)
Islam tidak melupakan kebutuhan fisik:
-
- Menjaga makanan yang halal dan thayyib
- Mengajarkan kebersihan, olahraga yang bermanfaat, dan tidur yang cukup
- Menjauhkan anak dari kebiasaan yang merusak kesehatan (junk food berlebihan, begadang tanpa sebab, dll.)
Badannya sehat, insyā Allah akan lebih mudah menjalankan ibadah dan belajar.
4.4. Pendidikan Akal (at-Tarbiyah al-‘Aqliyyah التربية العقلية)
DR. Ulwān memberikan perhatian besar kepada pendidikan intelektual:
-
- Membiasakan anak membaca dan berpikir kritis
- Mengajarkan ilmu agama dan ilmu dunia yang bermanfaat
- Melatih anak bertanya dan berdiskusi dengan adab
Orang tua perlu menyediakan lingkungan yang kaya ilmu: buku, majelis ilmu, guru yang baik, dan pembicaraan di rumah yang sarat hikmah – bukan sekadar gosip.
4.5. Pendidikan Jiwa / Psikis (at-Tarbiyah an-Nafsiyyah التربية النفسية)
Fokusnya adalah menumbuhkan jiwa yang tenang, percaya diri, dan seimbang:
-
- Mendengarkan keluh kesah anak, bukan memotong dan meremehkan
- Tidak sering membandingkan dengan saudara atau teman
- Mengajarkan cara mengelola emosi (marah, sedih, takut) dengan zikir dan doa
Ulwān menulis tentang perasaan psikologis orang tua terhadap anak, bahwa kasih sayang yang benar akan membuat anak merasa aman, sehingga mudah menerima nasihat.
4.6. Pendidikan Sosial (at-Tarbiyah al-Ijtimā‘iyyah التربية الاجتماعية)
Anak harus diajari:
-
- Adab bertamu dan menerima tamu
- Adab di masjid, di jalan, di sekolah
- Tanggung jawab sosial: peduli tetangga, menyayangi yang lebih kecil, menghormati yang lebih tua
Dengan ini, anak tidak tumbuh menjadi pribadi egois, tetapi anggota masyarakat yang bermanfaat.
4.7. Pendidikan Seksual (at-Tarbiyah al-Jinsiyyah التربية الجنسية)
Ini pembahasan yang sering diabaikan, padahal Ulwān membahasnya secara ilmiah dan syar‘i:
-
- Mengajarkan batas aurat dan pentingnya menutup aurat sejak kecil
- Memisahkan tempat tidur ketika usia 10 tahun (sesuai hadits)
- Memberi penjelasan bertahap tentang baligh, haid, mimpi basah, dengan bahasa yang sopan dan sesuai usia
- Mewaspadai bahaya ikhtilāṭ tanpa kebutuhan, pornografi, dan pergaulan bebas
Tujuannya bukan membuat anak “penasaran”, tetapi menguatkan rasa malu dan tanggung jawab menjaga kehormatan.
5. Kaidah-Kaidah Praktis Fondasi Pendidikan Anak
Selain memaparkan teori, Dr. Ulwan memberikan kaidah praktis yang bisa menjadi fondasi harian di rumah:
5.1. Keteladanan (القدوة)
Anak jauh lebih kuat meniru apa yang ia lihat dibanding apa yang ia dengar.
-
- Orang tua yang menjaga shalat tepat waktu, jujur, dan santun, secara otomatis sedang “mengajar” anak.
- Sebaliknya, orang tua yang suka berbohong tapi menyuruh anak jujur, sedang merobohkan pendidikannya sendiri.
5.2. Nasihat lembut dan berulang (الموعظة الحسنة)
-
- Menjelaskan baik–buruk dengan bahasa sesuai usia anak.
- Tidak bosan mengingatkan, namun tetap penuh kasih sayang.
5.3. Pembiasaan (التعويد)
-
- Membiasakan anak shalat, mengucap salam, membaca doa sehari-hari.
- Pembiasaan sejak kecil akan menjadi karakter ketika besar.
5.4. Pengawasan dan kontrol (المراقبة)
-
- Mengenali teman-teman anak, konten yang ia konsumsi, dan lingkungan yang ia masuki.
- Tanpa mengintimidasi, tetapi juga tidak “lepas tangan”.
5.5. Sanksi yang proporsional (العقوبة المنضبطة)
-
- Sanksi adalah jalan terakhir, setelah teladan, nasihat, dan pembiasaan ditempuh.
- Tidak boleh berlebihan hingga melukai fisik atau jiwa anak.
Kesimpulan
Pendidikan anak dalam Islam – sebagaimana digambarkan oleh Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān – bukan proyek sesaat, tetapi perjalanan panjang sejak sebelum anak lahir hingga ia siap memikul amanah sebagai hamba Allah
kita berharap lahir generasi shalih yang menjadi qurratu a‘yuni – penyejuk mata orang tua, sekaligus penolong agama ini.
Referensi
-
Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān, Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām, 2 jilid, Dār as-Salām li al-Ṭibā‘ah wa an-Nashr wa at-Tawzī‘
- Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Tuḥfat al-Mawdūd bi Aḥkām al-Mawlūd






![Mendidik Anak Belajar dari Luqman Al-Hakim [1] – Nasihat Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an](https://www.albaitu.com/wp-content/uploads/2015/09/Mendidik-Anak-Belajar-dari-Luqman-Al-Hakim-1-Nasihat-Pendidikan-Anak-dalam-Al-Quran-324x160.webp)

![Mendidik Anak Belajar dari Luqman Al-Hakim [2] – 6 Nasihat Emas tentang Akhlak, Kesabaran, dan Adab](https://www.albaitu.com/wp-content/uploads/2015/09/Mendidik-Anak-Belajar-dari-Luqman-Al-Hakim-2-6-Nasihat-Emas-tentang-Akhlak-Kesabaran-dan-Adab-324x160.webp)