Memilih pasangan hidup dalam Islam bukan sekadar urusan rasa. Menurut Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān dalam Tarbiyatu al-Awlād fī al-Islām, pernikahan yang benar adalah pintu pertama menuju lahirnya anak-anak yang saleh. Artikel ini mengulas kriteria calon suami dan istri saleh, dalil Al-Qur’an dan hadits, serta pandangan para ulama, sebagai panduan praktis bagi orang tua dan calon pasangan.
1. Pendidikan Anak Dimulai Sebelum Mereka Lahir
Satu poin penting yang ditekankan Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān dalam تربية الأولاد في الإسلام adalah: pendidikan anak tidak dimulai saat anak lahir, tetapi jauh sebelumnya — yaitu ketika seorang muslim memilih pasangan hidup dan membangun rumah tangga.
Beliau menjelaskan bahwa pernikahan yang dibangun di atas iman dan takwa akan menjadi lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan akidah, akhlak, dan karakter anak. Dalam salah satu penjelasannya, beliau menyatakan:
تبدأ تربية الولد أول ما تبدأ بزواج مثالي يقوم على مبادئ ثابتة يكون لها في تربية الولد أثر كبير
“Pendidikan anak itu bermula dari pernikahan yang ideal, yang berdiri di atas prinsip-prinsip yang kokoh, dan prinsip inilah yang akan memberi pengaruh besar pada pendidikan anak.”
Artinya, setiap keputusan memilih pasangan hari ini adalah keputusan membentuk karakter anak-anak kita di masa depan.
2. Landasan Al-Qur’an: Menikah untuk Membangun Keluarga yang Taat
2.1. Doa agar pasangan dan anak menjadi penyejuk hati
Allah menggambarkan doa hamba-hamba-Nya yang beriman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.’” (QS. Al-Furqān: 74)
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah melahirkan pasangan dan keturunan yang menenangkan hati karena ketaatan mereka kepada Allah, bukan sekadar pelampiasan syahwat.
2.2. Kewajiban menjaga keluarga dari neraka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Taḥrīm: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa sejak awal menikah, seorang muslim wajib memikirkan bagaimana memilih pasangan yang membantunya menjaga keluarga dari neraka, bukan yang justru menyeretnya kepada maksiat.
2.3. Larangan menikahi pasangan yang merusak akidah
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman; sungguh seorang budak perempuan yang beriman lebih baik daripada wanita musyrik meskipun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan (wanita-wanita mukmin) dengan laki-laki musyrik sebelum mereka beriman; sungguh seorang budak laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 221)
Dr. ‘Ulwān menjadikan ayat ini sebagai salah satu dalil bahwa fondasi utama memilih pasangan adalah akidah dan iman, karena pasangan itulah kelak yang akan membentuk keyakinan anak-anak.
3. Hadits Nabi ﷺ: Fokus pada Agama dan Akhlak
3.1. Memilih istri karena agamanya
Rasulullah ﷺ bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhārī no. 5090, Muslim no. 1466)
Dr. ‘Ulwān menjelaskan bahwa perintah “فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ” adalah penegasan bahwa ukuran utama calon istri adalah agamanya, karena dialah madrasah pertama bagi anak-anak di rumah.
3.2. Memilih suami karena agama dan akhlaknya
Untuk calon suami, Rasulullah ﷺ memberikan kaidah serupa:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Apabila datang kepada kalian seorang yang kalian ridai agama dan akhlaknya untuk meminang (putri kalian), maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmiżī no. 1084, Ibn Mājah no. 1967)
Inilah yang kemudian ditegaskan Dr. ‘Ulwān: calon suami bukan hanya harus berstatus “muslim”, tetapi harus tampak agama dan akhlaknya dalam keseharian, karena dialah qawwām (pemimpin) dan pendidik pertama di rumah.
3.3. Nilai tertinggi dalam dunia: istri yang saleh
الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang saleh.” (HR. Muslim no. 1467)
Dr. ‘Ulwān menautkan hadits ini dengan tema pendidikan anak: wanita salehah akan menjadi perhiasan rumah, penjaga kehormatan, dan pendidik generasi.
4. Pandangan Ulama tentang Dampak Pilihan Pasangan terhadap Anak
Perkataan ulama Imam Ibnul Qayyim رحمه الله,
وكم ممن أشقى ولده وفلذة كبده في الدنيا والآخرة بإهماله وترك تأديبه وإعانته له على شهواته
“Betapa banyak orang yang mencelakakan anak dan buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia lalai, tidak mendidiknya, dan malah membantunya memenuhi hawa nafsunya.”
Kalimat ini menunjukkan bahwa kesalahan memilih pasangan (yang tidak peduli pendidikan anak) dan kelalaian mendidik akan menjadi sebab kerusakan anak di dunia dan akhirat.
Perkataan ulama Imam Al-Ghazali رحمه الله
والصبي أمانة عند والديه، وقلبه الطاهر جوهرة نفيسة ساذجة خالية عن كل نقش وصورة، وهو قابل لكل ما نُقِشَ ومائل إلى كل ما يُمال به إليه
“Seorang anak adalah amanah di tangan kedua orang tuanya. Hati yang suci itu bagaikan permata berharga yang polos, kosong dari ukiran dan bentuk. Ia siap menerima apa pun yang diukir padanya dan condong ke arah mana pun ia diarahkan.”
Maka, memilih pasangan berarti sedang memilih bersama siapa amanah ini dijaga dan ke arah mana hati anak akan dibentuk.
5. Kriteria Praktis Memilih Pasangan untuk Melahirkan Anak yang Saleh
Berikut adalah beberapa kriteria yang dirangkum dari تربية الأولاد في الإسلام (Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām):
5.1. Kriteria Calon Istri Salehah
-
-
Kuat agamanya dan menjaga kehormatan
-
Menjauhi syirik dan bid’ah, menjaga shalat, menjaga hijab dan rasa malu.
-
Ia akan menjadi “madrasah” pertama bagi anak-anak.
-
-
Memiliki akhlak yang lembut dan penyayang
-
Sabar, tidak mudah marah, punya kecenderungan untuk mendidik dan mengasuh.
-
-
Berasal dari keluarga yang baik agama dan akhlaknya
-
Lingkungan keluarga yang saleh memudahkan proses tarbiyah anak, karena anak akan sering berinteraksi dengan keluarga besar.
-
-
Mampu menjadi ibu yang perhatian
-
Dr. ‘Ulwān menekankan peran ibu dalam rumah: mengatur rumah, mengasuh anak, membentuk suasana iman di dalam rumah.
-
-
5.2. Kriteria Calon Suami Saleh
-
-
Agama dan akhlaknya baik
-
Mengamalkan shalat, takut kepada Allah, menjauhi dosa besar, menjaga lisan dan pandangan.
- Inilah yang ditekankan Nabi ﷺ dalam hadits: «مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ».
“Apabila datang kepada kalian (seorang laki-laki) yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. at-Tirmiżī no. 1084, beliau berkata: hadits hasan gharib)
-
-
Tanggung jawab sebagai qawwām (pemimpin keluarga)
-
Mampu menafkahi, memimpin shalat, memberi arahan keilmuan dan tarbiyah kepada anak-anak.
-
-
Jauh dari kebiasaan yang merusak
-
Seperti kecanduan maksiat, narkoba, perjudian, atau pergaulan bebas; hal ini akan berdampak langsung pada keamanan dan akhlak anak.
-
-
Serius terhadap visi pendidikan anak
-
Tidak hanya mencari istri untuk “teman hidup”, tetapi siap menjadi mitra dalam membangun keluarga yang Allah sebut sebagai قُرَّةَ أَعْيُنٍ — penyejuk mata. (QS. Al-Furqān: 74)
-
-
6. Bagaimana Mempraktikkan Prinsip Ini di Dunia Nyata?
-
- Mulai dari memperbaiki diri
-
-
-
Sebelum mencari pasangan saleh, jadilah hamba yang saleh. Anak akan melihat teladan pada ayah dan ibunya, bukan hanya nasihat dari bibir.
-
-
Tegaskan “visi tarbiyah” sejak awal ta’aruf
-
Dalam proses ta’aruf atau khitbah, bicarakan visi pendidikan anak: bagaimana soal sekolah, lingkungan, prioritas ibadah, dan pengasuhan.
-
-
Libatkan orang tua dan ahli ilmu
-
Mintalah nasihat kepada orang tua yang bertakwa dan para ustadz yang mumpuni sebelum memutuskan.
-
-
Jangan tertipu faktor dunia semata
- Ingat sabda Nabi ﷺ, “Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama, niscaya engkau beruntung.” (HR. al-Bukhārī no. 5090, Muslim no. 1466)
-
Berdoa sungguh-sungguh sebelum dan setelah menikah
-
-
-
-
Doa Al-Furqān ayat 74 bukan sekadar bacaan indah, tetapi program hidup: minta pada Allah agar pasangan dan keturunan menjadi penyejuk mata dalam ketaatan.
-
-
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.’” (QS. Al-Furqān: 74)
Kesimpulan
Memilih pasangan hidup dalam Islam bukan sekadar urusan rasa dan kesesuaian karakter, tetapi proyek jangka panjang untuk melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa.
Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān menegaskan dalam تربية الأولاد في الإسلام bahwa pernikahan ideal adalah batu pertama dalam bangunan pendidikan anak. Jika pasangan dipilih berdasarkan agama dan akhlaknya, rumah akan dipenuhi rahmat dan sakinah, serta anak-anak akan tumbuh dalam iklim iman yang sehat.
Setiap calon ayah dan ibu seharusnya bertanya pada dirinya sebelum menikah:
“Apakah pilihan pasanganku hari ini akan membantuku melahirkan anak-anak yang saleh, atau justru menjadi sebab fitnah bagi agama dan keturunan?”
Referensi
-
Dr. ‘Abdullāh Nāṣih ‘Ulwān, Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām, 2 jilid, Dār as-Salām li al-Ṭibā‘ah wa an-Nashr wa at-Tawzī‘
- Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Tuḥfat al-Mawdūd bi Aḥkām al-Mawlūd







![Mendidik Anak Belajar dari Luqman Al-Hakim [2] – 6 Nasihat Emas tentang Akhlak, Kesabaran, dan Adab](https://www.albaitu.com/wp-content/uploads/2015/09/Mendidik-Anak-Belajar-dari-Luqman-Al-Hakim-2-6-Nasihat-Emas-tentang-Akhlak-Kesabaran-dan-Adab-324x160.webp)
![Mendidik Anak Belajar dari Luqman Al-Hakim [1] – Nasihat Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an](https://www.albaitu.com/wp-content/uploads/2015/09/Mendidik-Anak-Belajar-dari-Luqman-Al-Hakim-1-Nasihat-Pendidikan-Anak-dalam-Al-Quran-324x160.webp)
