Kesalahan Istri 4: Suka Mengeluh dan Jarang Bersyukur kepada Suami

0
54

Kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus. Ada kalanya ujian datang berupa kekurangan harta, sakit, atau masalah lainnya. Namun, bagaimana seorang istri menyikapi ujian tersebut sangat menentukan keberkahan dalam keluarga.

Salah satu kesalahan fatal yang sering tidak disadari oleh para istri—dan ini menjadi pembahasan penting dalam kitab-kitab tarbiyah—adalah kebiasaan suka mengeluh dan jarang bersyukur kepada suami. Kelihatannya “cuma keluhan” dan “sekadar curhat”, tetapi kalau menjadi kebiasaan, ia bisa berubah menjadi kufrān al-‘asyīr (mengingkari kebaikan suami), yang diancam keras dalam hadits.


1. Makna Suka Mengeluh dan Jarang Bersyukur kepada Suami

Dalam kitab أخطاء الزوجة (Min Akhtha’i az-Zaujah), Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd menyebut salah satu kesalahan istri adalah:

كَثْرَةُ التَّسَخُّطِ وَقِلَّةُ الْحَمْدِ

banyak mengeluh dan sedikit memuji serta bersyukur

Keluhan itu boleh jika seperlunya, untuk mencari solusi dan nasihat yang benar. Namun yang tercela adalah:

    1. Keluhan yang berulang-ulang tanpa kebutuhan, hanya melampiaskan ketidakpuasan
    2. Keluhan yang disertai protes pada takdir Allah, merendahkan suami, atau membuka aib rumah tangga kepada orang yang tidak berhak mendengarnya
    3. Menganggap semua pengorbanan suami “belum apa-apa”, sehingga lisannya kering dari ucapan terima kasih

Sebagian penjelasan ulama tentang kufrān an-ni‘mah (mengingkari nikmat) menyebut:

كثرة الشكوى من عيشتها مع زوجها، وجحود فضل الزوج عليها، ونكران ما قدمه بسبب غضبة عارضة.

“Banyak mengeluh dari kehidupan bersama suaminya, serta menyangkal keutamaannya dan mengingkari kebaikan yang telah ia berikan hanya karena kemarahan sesaat.”

Inilah yang berbahaya: bukan sekadar “curhat”, tapi pola bicara yang memadamkan rasa syukur, menyakiti hati suami, dan menggerogoti pondasi rumah tangga.


2. Dalil Al-Qur’an tentang Syukur dan Bahaya Mengingkari Nikmat

2.1. Syukur Menambah Nikmat

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini umum mencakup segala nikmat, termasuk nikmat memiliki suami dan rumah tangga. Istri yang terbiasa bersyukur atas kebaikan suami berada di jalan bertambahnya nikmat, sedangkan yang suka mengeluh dan mengingkari kebaikannya berada di jalan terancam hilangnya nikmat.

2.2 Sedikit Hamba yang Benar-benar Bersyukur

Allah Ta’ala juga berfirman:

 يَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ 

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih” (QS. Saba’: 13)

Ayat ini menunjukkan betapa sedikit hamba yang benar-benar bersyukur. Menjadi istri yang:

    1. menghitung kebaikan suami,
    2. mengucap terima kasih,
    3. dan menjaga lisannya dari keluhan yang tidak perlu,

adalah bagian dari upaya menjadi hamba yang “asy-syakūr”.,


3. Hadits tentang Mengeluh, Kufrān al-‘Asyīr, dan Tidak Bersyukur kepada Suami

3.1. Hadits tentang “Kufrān al-‘Asyīr”

Rasulullah ﷺ bersabda:

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ

“Aku diperlihatkan neraka, ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita. Mereka mengingkari (kebaikan) suami dan mengingkari kebaikan (yang diterima).”

Dalam riwayat lain, ketika para wanita bertanya sebabnya, beliau ﷺ menjawab:

تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

“Kalian banyak melaknat dan mengingkari suami.”

(HR. al-Bukhārī no. 29, 1052 dan Muslim no. 907, 884)

Hadits ini menjadi tanbih (peringatan) bagi para istri agar menahan lisan dari keluhan yang menafikan segala jerih payah suami.

Mengeluh tanpa henti, meremehkan nafkah suami, dan mengucapkan kalimat seperti “kamu tidak pernah berbuat baik”, termasuk dalam sikap mengingkari kebaikan suami yang diancam dalam hadits ini.

2.2. Hadits tentang Istri yang Tidak Bersyukur kepada Suami

Rasulullah ﷺ memberikan peringatan yang sangat keras mengenai hal ini. Beliau menjelaskan bahwa penyebab mayoritas wanita masuk neraka bukanlah karena mereka berzina atau membunuh, melainkan karena lisan yang tidak pandai bersyukur,

,لَا يَنْظُرُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا، وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah Tabāraka wa Ta‘ālā tidak akan memandang kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, sementara ia tidak bisa lepas darinya.”,

(Ṣaḥīḥ at-Targhīb wat-Tarhīb no. 1944)

Betapa berat ancaman bagi istri yang:

    1. selalu melihat kekurangan suami
    2. merasa semua pengorbanannya “biasa saja”
    3. enggan mengucap terima kasih dan pujian yang tulus

4. Perkataan Ulama tentang Syukur dan Banyak Mengeluh

4.1. Iman Itu Dua: Sabar dan Syukur

Ibnu Mas‘ūd radhiyallāhu ‘anhu berkata:

الايمان نصفان: نصف صبر، ونصف شكر

“Iman itu dua bagian: setengahnya sabar, dan setengahnya lagi syukur.”

Rumah tangga tidak akan tenang kecuali dengan sabar atas kekurangan dan syukur atas kelebihan. Istri yang hanya mengedepankan keluhan, tapi miskin syukur, berarti meninggalkan salah satu pilar iman dalam rumah tangganya.

4.2. Definisi Syukur Menurut Imam Ibnul Qayyim

Ibnul Qayyim rahimahullāh berkata:

الشكر للقلب محبة وانابة، ولللسان ثناء وحمد، وللجوارح طاعة وخدمة

“Syukur pada hati adalah cinta dan kembali kepada Allah; pada lisan adalah pujian dan sanjungan; dan pada anggota badan adalah ketaatan dan pengabdian.”

Maka syukur istri kepada suami termasuk:

    1. di hati: mengakui bahwa suami adalah nikmat dari Allah
    2. di lisan: banyak memuji, mendoakan kebaikan, dan berterima kasih
    3. di perbuatan: melayani dengan baik, menjaga rumah, tidak menyakiti dengan keluhan yang tidak perlu

5. Tidak Semua Keluhan Itu Tercela

Penting: tidak semua keluhan itu haram.

Para ulama menjelaskan:

    1. ,Mengadu kepada manusia untuk mencari solusi, nasihat, atau bantuan menasihati suami hukumnya boleh, bahkan kadang perlu.
    2. Yang tercela adalah keluhan tanpa kebutuhan, sekadar melampiaskan ketidaksabaran, apalagi disertai protes pada takdir Allah dan membuka aib rumah tangga.

Jadi, istri boleh bercerita kepada orang yang amanah (ulama, ustadzah, orang tua yang bijak) untuk mencari jalan keluar, bukan untuk menambah drama dan memihakkan orang.


6. Mengapa Istri Harus Bersyukur?

Bersyukur kepada suami bukan berarti menuhankan suami, melainkan bentuk ketaatan kepada Allah ﷻ. Allah tidak akan melihat (dengan pandangan rahmat) kepada wanita yang tidak bisa berterima kasih kepada suaminya, padahal ia butuh kepada suaminya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, padahal dia membutuhkannya.”

(HR. An-Nasa’i dalam Al-Kubra no. 9135)


7. Dampak Buruk Suka Mengeluh dan Jarang Bersyukur

Beberapa dampak yang sering terjadi di lapangan:

    1. Menyakitkan hati suami

      • Suami merasa semua jerih payahny,a tidak dihargai.

      • Ia jadi malas berusaha lebih, karena merasa “apa pun yang aku lakukan, tetap salah di matanya”.

    2. Menyuburkan sifat kufrān an-ni‘mah

      • Lupa masa-masa suami berjuang, hanya karena satu kekurangan.

      • Mengungkap kalimat ekstrem seperti: “Kamu nggak pernah ngasih apa-apa!”, “Nggak ada kebaikanmu buat aku.”

    3. Memicu perselisihan dan dinginnya hubungan

      • Rumah penuh nada negatif, komplain, banding-bandingkan suami dengan orang lain.

      • Suami pun bisa tergoda mencari apresiasi di luar rumah, na‘ūdzu billāh.

    4. Menjadikan istri dekat dengan sifat penghuni neraka

      • Seperti disebut dalam hadits: banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami.


8. Contoh Wujud Keluhan yang Tercela

Beberapa bentuk keluhan istri yang perlu diwaspadai:

  • Mengeluh soal nafkah dengan merendahkan suami

“Gajimu kecil banget, pantas hidup kita susah terus.”

  • Membanding-bandingkan suami

“Suami si Fulan tiap bulan ajak istrinya jalan-jalan, kamu apa?”

  • Meniadakan semua kebaikan suami

    “Selama aku nikah sama kamu, aku nggak pernah ngerasain enak.”

  • Mengeluh di media sosial

    • Curhat tentang kekurangan suami di story atau caption, meski tanpa menyebut nama, padahal teman-teman dekat tahu itu siapa.

Kebiasaan seperti ini pelan-pelan mengikis rasa hormat, cinta, dan wibawa suami, serta menyalahi adab syar’i.


9. Tips Praktis bagi Istri: Dari Keluhan ke Syukur

9.1. Latih Lisan untuk Mengucap Terima Kasih

    • Setelah suami pulang kerja:

      “Terima kasih ya, sudah capek-capek cari nafkah buat kita.”

    • Saat suami membelikan sesuatu, sekecil apa pun:

      “Jazākallāhu khayran, aku senang sekali kamu ingat.”

Ucapan sederhana seperti ini sangat menguatkan suami dan termasuk bentuk syukur kepada Allah.

9.2. Ganti Kalimat “Ngomel” dengan Doa

Daripada berkata: “Kapan sih kita punya rumah sendiri?”, ubah menjadi:

“Semoga Allah luaskan rezeki kita ya, aku yakin kalau kita sama-sama usaha dan doa, Allah bukakan jalan.”

Nada yang sama-sama mengekspresikan harapan, tapi satu dengan keluhan yang menekan suami, satu lagi dengan doa yang menguatkan suami.

9.3. Ingat Kebaikan Suami, Bukan Hanya Kekurangannya

Luangkan waktu menulis 10 kebaikan suami:

    • Shalat tepat waktu?
    • Sayang anak?
    • Tidak merokok atau menjauh dari maksiat?
    • Punya kerja halal meski gaji pas-pasan?

Mengingat kebaikan ini menghalangi lisan dari kalimat: “Aku nggak pernah lihat kebaikanmu.”

9.4. Keluhkan Masalah ke Tempat yang Tepat

    • Kalau berat di hati, curhatlah kepada Allah dulu dalam doa dan sujud.
    • Setelah itu, kalau butuh, bicarakan baik-baik dengan suami.

    • Kalau benar-benar perlu bantuan pihak lain, pilih yang:

      • berilmu,

      • amanah,

      • dan tidak suka menggiring kepada perceraian tanpa alasan syar’i

9.5. Latih Diri dengan Ilmu tentang Syukur

Membaca buku-buku tentang syukur dan akhlak sangat membantu, seperti:

    • ‘Iddat ash-Shābirīn wa Dakhīrat ash-Shākirīn karya Ibnul Qayyim rahimahullāh
    • Artikel para ulama tentang makna syukur dan bahayanya kufrān an-ni‘mah (kufur nikmat).

9.6. Qana’ah (Merasa Cukup)

Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa. Istri yang qana’ah akan membuat rumah sempit terasa lapang.

9.7. Sampaikan masalah dengan cara yang tepat.

Mengeluh berbeda dengan bermusyawarah. Mengeluh bernada menyalahkan takdir dan suami, sedangkan musyawarah bernada mencari solusi dengan tenang.


Kesimpulan

  • Keluhan yang berlebihan dapat menyeret istri pada sikap mengingkari kebaikan suami.

  • Syukur kepada suami adalah bagian dari syukur kepada Allah atas nikmat pasangan.

  • Istri yang banyak bersyukur, menjaga lisannya, dan menahan keluhan yang tidak perlu, insya Allah termasuk hamba yang sedikit tetapi mulia: “وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ” (QS. Saba’: 13).

Semoga Allah menjauhkan para istri dari sifat banyak mengeluh dan menjadikan rumah tangga kita sebagai taman surga di dunia.


Referensi

  1. Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, من أخطاء الزوجات (Min Akhtha’i az-Zaujah), Dār Ibn Khuzaymah, Riyadh
  2. Imam Ibnul Qayyim, ‘Iddat ash-Shābirīn wa Dakhīrat ash-Shākirīn

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Mohon masukkan nama anda di sini