Empat Golongan Manusia dalam Beribadah dan Berdoa kepada Allah

0
5

Setiap manusia beribadah kepada Allah dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang berdoa demi ibadah, ada yang beribadah demi dunia, dan ada pula yang memisahkan antara ibadah dan doa.

Ulama besar Asy-Syaikh Taqiyuddin Al-Maqrizi Asy-Syafi’i (766–854 H) dalam kitabnya تجريد التوحيد (Tajrid At-Tauhid) menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi empat golongan dalam beribadah (‘ibadah) dan berdoa (du‘ā).


1. Golongan Pertama: Beribadah dan Berdoa kepada Allah untuk Beribadah

Mereka adalah orang yang menjadikan ibadah kepada Allah sebagai tujuan utama hidupnya, bukan sebagai sarana dunia. Doa mereka berfokus pada memohon pertolongan agar bisa beribadah dengan baik.

Dalil dan Teladan dari Rasulullah ﷺ

Asy-Syaikh Al-Maqrizi mencontohkan dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ kepada sahabat Mu‘adz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”

(HR. Abu Dawud no. 1522, An-Nasa’i no. 1303)

Dalam hadis yang lengkap disebutkan:

عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ، وَاللهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ…


“Rasulullah ﷺ memegang tangan Mu‘adz dan berkata: Wahai Mu‘adz, demi Allah, aku mencintaimu. Maka janganlah engkau tinggalkan doa ini setiap selesai shalat.”

(HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i; dinyatakan hasan shahih oleh Al-Albani)

Penjelasan Syaikh Shalih Al-Fauzan:

Dalam إفادة المستفيد بشرح كتاب التوحيد, beliau menjelaskan:

وَهُم أَسْعَدُ الْخَلْقِ الَّذِينَ جَمَعُوا بَيْنَ الْعِبَادَةِ وَالِاسْتِعَانَةِ بِاللَّهِ عَلَيْهَا

“Mereka adalah makhluk yang paling berbahagia, karena menggabungkan antara ibadah dan memohon pertolongan kepada Allah dalam melakukannya.”

(Ifādah al-Mustafīd, hlm. 67)


2. Golongan Kedua: Berpaling dari Ibadah dan Doa, Hanya Mengejar Dunia

Golongan ini berpaling dari tujuan ibadah, dan ketika berdoa, mereka hanya meminta hal-hal duniawi dan syahwat pribadi.

Allah ﷻ berfirman:

فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

“Di antara manusia ada yang berdoa: ‘Ya Rabb kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,’ padahal di akhirat ia tidak memperoleh bagian apa pun.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 200)

Maknanya:
Mereka hanya menginginkan kesenangan dunia dan tidak pernah memikirkan amal untuk akhirat. Maka doa mereka pun tidak bernilai ibadah, karena tidak disertai niat yang tulus kepada Allah.

Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan:

“Jika mereka berdoa, sesungguhnya yang mereka minta hanyalah untuk kepentingan diri dan syahwat dunia, bukan untuk akhirat.”
(Ifādah al-Mustafīd, hlm. 69)


3. Golongan Ketiga: Beribadah Tapi Tidak Berdoa

Golongan ini terbagi dua:

  1. Orang yang mengingkari takdir, yaitu mereka yang meyakini bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan tanpa perlu meminta kepada Allah.

  2. Orang yang beribadah dan berdzikir, tetapi hati mereka belum pasrah penuh kepada takdir dan merasa tidak perlu meminta pertolongan kepada Allah.

Asy-Syaikh Al-Maqrizi menjelaskan bahwa kelompok ini melakukan ibadah formal, tetapi tidak menyertakan doa permohonan, sehingga kebergantungan hati kepada Allah melemah.

Padahal, Allah memerintahkan agar setiap ibadah disertai dengan doa, sebagaimana firman-Nya:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(QS. Ghafir [40]: 60)


4. Golongan Keempat: Berdoa tetapi Tidak Beribadah

Golongan terakhir adalah mereka yang memohon kepada Allah dalam kesulitan, namun ketika lapang, mereka tidak beribadah dan tidak taat.

Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا مَسَّ الإِنسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ

“Apabila manusia ditimpa bahaya, ia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun ketika Kami hilangkan bahaya itu, ia berlalu seakan-akan tidak pernah berdoa kepada Kami tentang bahaya yang menimpanya.”
(QS. Yunus [10]: 12)

Pelajaran:

  • Mereka hanya ingat Allah ketika susah, dan lupa ketika senang.

  • Doanya tidak diterima karena tidak disertai ketaatan dan penghambaan.


Referensi Lengkap

  1. Taqiyuddin Al-Maqrizi, تجريد التوحيد المفيد (Tajrid At-Tauhid Al-Mufid), Dār al-Ma‘rifah, cet. Beirut, hlm. 45–49.

  2. Shahih Abu Dawud, no. 1522; Sunan An-Nasa’i, no. 1303 — Bab Dzikir Setelah Shalat.

  3. Syaikh Shalih Al-Fauzan, إفادة المستفيد بشرح كتاب التوحيد (Ifādah al-Mustafīd), cet. Dārul ‘Āṣimah, hlm. 67–70.

  4. Al-Qur’an al-Karim, QS. Al-Baqarah: 200, QS. Ghafir: 60, QS. Yunus: 12.

  5. Syarh Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi, bab Adab Berdoa dan Ibadah.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Mohon masukkan nama anda di sini