Mengenal sirah Nabawi tidak cukup dimulai dari peristiwa turunnya wahyu pertama. Agar lebih utuh, kita perlu mengetahui bagaimana kondisi Jazirah Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
membuat kita:
- Lebih paham betapa besar nikmat Islam.
- Mengerti mengapa Rasulullah ﷺ diutus di Makkah, di waktu itu, dan dengan misi yang seperti itu.
- Bisa membandingkan gelapnya jahiliyah dengan terangnya tauhid, sehingga rasa syukur kita kepada Allah semakin kuat.
1. Peta Dunia Menjelang Diutusnya Nabi ﷺ
Menjelang bi‘tsah (pengutusan Nabi ﷺ), ada dua kekuatan besar yang mendominasi dunia: Romawi dan Persia.
1.1. Kekaisaran Romawi (Byzantium)
-
Mengklaim mengikuti ajaran Nabi ‘Isa عليه السلام, namun ajaran tersebut banyak bercampur dengan:
-
Ghuluw (berlebih-lebihan) kepada orang saleh,
- Penyimpangan akidah seperti trinitas,
-
Campuran kepentingan agama dan politik.
-
-
Meskipun kuat secara militer dan administrasi, dari sisi akidah dan akhlak, banyak terjadi penyimpangan.
1.2. Kekaisaran Persia (Sassanid)
- Mayoritas penduduknya menganut Majusi (penyembahan api).
-
Struktur sosialnya bertingkat, penuh kesenjangan dan ketidakadilan.
Dua kekuatan ini menggambarkan dunia yang tampak maju secara lahiriah, tetapi mengalami krisis spiritual dan akidah.
2. Jazirah Arab: Kecil Secara Politik, Besar dalam Rencana Allah
Secara politik, Jazirah Arab bukan kekuatan utama:
- Tidak ada kerajaan besar yang menyatukan seluruh Jazirah.
-
Yang ada hanyalah kabilah-kabilah yang hidup tersebar, dengan ikatan suku yang kuat.
Namun, justru di wilayah inilah Allah memilih:
- Menjadikan Makkah sebagai pusat risalah,
- Menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab,
-
Mengutus Rasul terakhir dari suku Quraisy.
2.1. Kondisi Geografis yang Keras
Jazirah Arab didominasi padang pasir, suhu ekstrem, dan sumber air terbatas. Lingkungan ini membentuk karakter:
- Keras, berani, dan tahan hidup susah,
-
Sangat menjunjung nasab dan kehormatan kabilah.
2.2. Makkah dan Ka‘bah
Makkah memiliki posisi khusus karena:
- Terletak di jalur dagang penting (utara–selatan dan timur–barat).
-
Menjadi tempat berdirinya Ka‘bah, rumah ibadah yang dibangun oleh Nabi Ibrāhīm dan Ismā‘īl عليهما السلام.
Allah berfirman:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail…”
(QS. Al-Baqarah: 127)
Awalnya Ka‘bah adalah pusat tauhid. Namun seiring berjalannya waktu, tauhid itu digeser oleh syirik dan tahayul.
3. Dari Tauhid Ibrahim ke Syirik Jahiliyyah
Kaum Arab mengklaim sebagai penerus agama Ibrahim, namun praktik mereka justru bertentangan:
- Mereka meletakkan ratusan berhala di sekitar Ka‘bah,
-
Menjadikan berhala, batu, pohon, dan makhluk halus sebagai perantara ibadah kepada Allah.
Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa saat Fathu Makkah:
حَوْلَ الْكَعْبَةِ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَسِتُّونَ نُصُبًا
“Di sekitar Ka‘bah terdapat tiga ratus enam puluh berhala.”
Islam datang untuk menghapus semua itu dan mengembalikan tauhid. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thāgūt.’”
(QS. An-Nahl: 36)
4. Hadits Kunci: Allah Membenci Penduduk Bumi Karena Syirik
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ، عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ، إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
“Sesungguhnya Allah melihat kepada penduduk bumi, lalu Dia membenci mereka, baik Arab maupun Ajam, kecuali sisa-sisa dari Ahlul Kitab.”
(HR. Muslim)
Makna penting:
- Mayoritas umat manusia saat itu tenggelam dalam syirik dan maksiat.
- “Sisa-sisa Ahlul Kitab” adalah sedikit orang yang masih menjaga tauhid dari agama sebelumnya.
-
Di sinilah risalah Nabi Muhammad ﷺ menjadi rahmat yang mengangkat murka Allah dari manusia.
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa kebencian Allah di sini tertuju pada kekufuran dan tindakan mereka, bukan pada asal penciptaan mereka sebagai makhluk.
5. Hikmah Diutusnya Rasul di Tengah Kegelapan Ini
Beberapa hikmah yang dapat kita renungkan:
- Bahwa hidayah adalah murni karunia Allah, bukan hasil kemajuan material. Dua adidaya (Romawi dan Persia) yang kuat secara duniawi justru tenggelam dalam penyimpangan akidah.
- Bahwa pusat cahaya bisa muncul dari tempat yang tidak diperhitungkan manusia.
Jazirah Arab bukan kekuatan besar dunia, tapi Allah jadikan pusat turunnya risalah terakhir. -
Bahwa Nabi ﷺ diutus saat manusia berada di puncak kebingungan, sehingga perubahan yang dibawa Islam tampak sangat jelas perbedaannya dengan Jahiliyyah.
Penutup
Inilah latar global dan regional sebelum turunnya wahyu: dunia yang kuat secara materi, tapi rapuh akidahnya; Jazirah Arab yang kecil secara politik, tapi besar dalam rencana Allah; Ka‘bah yang mulanya pusat tauhid, namun dikelilingi berhala.
Referensi:
- Al-Qur’an al-Karīm, Mushaf al-Madīnah an-Nabawiyyah, Mujamma‘ Malik Fahd, Madinah.
- Muslim ibn al-Hajjāj, Ṣaḥīḥ Muslim, tahqīq Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, Dār Iḥyā’ at-Turāts al-‘Arabī, Beirut, t.t., Kitāb al-Jannah wa Ṣifat Na‘īmihā, hadits Iyād bin Himār (no. 2865).
- Abū Zakariyyā an-Nawawī, Al-Minhāj Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim ibn al-Ḥajjāj, Dār Iḥyā’ at-Turāts al-‘Arabī, Beirut, t.t., jilid yang memuat syarah hadits Iyād bin Himār.
- ‘Abd al-Malik ibn Hishām, As-Sīrah an-Nabawiyyah, tahqīq Taha ‘Abd ar-Ra’ūf Sa‘d, Dār al-Jīl, Beirut, 1411 H.
- Ismā‘īl ibn ‘Umar Ibn Kathīr, Al-Bidāyah wa an-Nihāyah, tahqīq ‘Abdullah bin ‘Abd al-Muḥsin at-Turkī, Dār Hajr, Kairo, 1417–1420 H.


