Masa menyusu dan masa kanak-kanak Rasulullah ﷺ merupakan fase penting dalam sirah Nabawiyah. Pada fase inilah tampak jelas penjagaan Allah sejak dini, pembentukan akhlak luhur, serta persiapan ruhani dan jasmani sebelum beliau diutus sebagai Rasul.
1. Kebiasaan Bangsa Arab Menyusukan Anak ke Pedalaman
Bangsa Arab Quraisy memiliki kebiasaan menyusukan anak-anak mereka kepada wanita Badui di pedalaman. Tujuannya antara lain:
-
- Agar anak tumbuh kuat secara fisik
- Agar lisannya fasih dalam bahasa Arab
- Agar terjauh dari penyakit kota
- Agar terbentuk karakter mandiri
Rasulullah ﷺ pun mengikuti kebiasaan ini sebagai bentuk hikmah dan takdir Allah.
2. Halimah As-Sa‘diyyah: Ibu Susu Rasulullah ﷺ
Wanita yang menyusui Rasulullah ﷺ adalah Halimah binti Abi Dzu’aib As-Sa‘diyyah dari kabilah Bani Sa‘d.
Sebelum menyusui Nabi ﷺ, Halimah hidup dalam keadaan miskin. Namun sejak membawa Nabi ﷺ, kehidupannya berubah drastis:
-
- Hewan ternaknya menjadi gemuk
- Susunya melimpah
- Keberkahan tampak jelas pada hartanya
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ adalah sumber keberkahan, bahkan sejak masa bayi.
3. Penjelasan Ulama tentang Keberkahan Masa Menyusu Nabi ﷺ
Ibnu Katsir رحمه الله berkata:
وظهرت بركته صلى الله عليه وسلم في صغره حين كان في بني سعد ظهورا بينا
“Keberkahan beliau ﷺ telah tampak dengan sangat jelas sejak kecil, ketika beliau berada di tengah Bani Sa‘d.”
Hal ini menunjukkan bahwa keistimewaan Nabi ﷺ telah Allah tampakkan sejak awal kehidupannya.
4. Peristiwa Pembelahan Dada (Syaqqu Ash-Shadr)
Salah satu peristiwa paling agung di masa kanak-kanak Rasulullah ﷺ adalah peristiwa pembelahan dada, ketika dua malaikat datang, membelah dada beliau, mengeluarkan segumpal darah, lalu mencucinya dengan air zamzam.
Anas bin Malik رضي الله عنه meriwayatkan:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أَتَاهُ جِبْرِيلُ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ، فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ، فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً، فَقَالَ: هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ
“Sesungguhnya Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ ketika beliau sedang bermain bersama anak-anak. Lalu ia membaringkannya, membelah dadanya, mengeluarkan hatinya, lalu mengeluarkan segumpal darah seraya berkata: ‘Ini adalah bagian setan darimu.’” (HR. Muslim no. 162)
Peristiwa ini adalah pensucian ruhani, bukan sekadar kejadian fisik.
5. Kembalinya Nabi ﷺ ke Pangkuan Ibunya
Setelah peristiwa pembelahan dada, Halimah merasa khawatir lalu mengembalikan Nabi ﷺ kepada ibunya, Aminah binti Wahb.
Nabi ﷺ kemudian tinggal bersama ibunya hingga usia sekitar enam tahun. Pada usia 6 tahun, ketika Aminah membawa Nabi ﷺ pergi ke Madinah (Yatsrib) untuk menziarahi makam ayahnya (Abdullah) dan mengunjungi paman-paman beliau dari Bani ‘Adi bin An-Najjar.
Namun, dalam perjalanan pulang menuju Mekkah, takdir Allah berkehendak lain. Aminah jatuh sakit dan meninggal dunia di sebuah tempat bernama Al-Abwa.
Seorang anak kecil berusia 6 tahun, kini menjadi yatim piatu. Ia harus melanjutkan perjalanan pulang bersama Ummu Ayman (pengasuhnya) untuk diserahkan kepada kakeknya, Abdul Muthalib.
Allah Ta‘ala berfirman:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” (QS. Ad-Duha: 6)
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap fase kehilangan dalam hidup Nabi ﷺ adalah bagian dari perlindungan Allah.
6. Kasih Sayang Kakek dan Paman
Setelah ibunya wafat, pengasuhan beralih kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Sang kakek sangat menyayangi cucunya ini melebihi kasih sayangnya kepada anak-anaknya sendiri.
Namun, kebersamaan ini tidak berlangsung lama. Saat Nabi ﷺ berusia 8 tahun, Abdul Muthalib wafat. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib berwasiat agar pengasuhan Nabi ﷺ diserahkan kepada pamannya, Abu Thalib.
Dipilihnya Abu Thalib karena ia adalah saudara kandung Abdullah (ayah Nabi ﷺ) dari satu ibu. Meski Abu Thalib adalah orang yang fakir (sedikit hartanya) dan banyak anaknya, ia merawat keponakannya dengan sangat baik.
فقد قام بحق ابن أخيه على أكمل وجه، وضمه إلى ولده، وقدمه عليهم، واختصه بفضل احترام وتقدير
“Sungguh ia (Abu Thalib) telah menunaikan hak anak saudaranya dengan cara yang paling sempurna. Ia menggabungkannya bersama anak-anaknya, bahkan mendahulukannya (mengutamakannya) di atas mereka, serta mengkhususkannya dengan penghormatan dan penghargaan yang lebih.”
Allah Ta’ala menjaga Nabi ﷺ melalui perlindungan pamannya ini selama bertahun-tahun, hingga nanti beliau diangkat menjadi Rasul.
6. Akhlak Nabi ﷺ Sejak Masa Kanak-kanak
Para ulama sepakat bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah melakukan perbuatan jahiliyyah, bahkan sejak kecil.
Al-Qadhi ‘Iyadh رحمه الله berkata:
أجمع العلماء على عصمة النبي صلى الله عليه وسلم في صغره وكبره من الرذائل
“Para ulama sepakat bahwa Nabi ﷺ terjaga dari perbuatan tercela, baik di masa kecil maupun dewasa.”
Ini menunjukkan bahwa akhlak Nabi ﷺ adalah pilihan Allah, bukan hasil lingkungan semata.
Abu Khalad Nasir as-Saif menjelaskan:
كانت مرحلة الرضاع والطفولة تهيئة ربانية لشخصية النبي الخاتم جسدا وروحا
“Masa menyusu dan kanak-kanak merupakan persiapan Rabbani bagi kepribadian Nabi penutup, baik secara jasmani maupun ruhani.”
7. Hikmah dan Pelajaran Penting
Beberapa pelajaran penting dari fase ini:
-
- Pendidikan anak dimulai sejak dini
- Lingkungan yang baik membentuk karakter kuat
- Allah menjaga hamba pilihan-Nya sejak kecil
- Kesucian hati adalah fondasi kepemimpinan
Referensi
-
Abu Khallad Nashir bin Sa’id bin Saif As-Saif, As-Siraj Al-Munir fi Sirah Al-Bashir An-Nadhir, Dar Ibn Al-Jawzi, Riyadh









