Keutamaan Mempelajari Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

0
68

Ilmu tentang Allah — mengenal nama, sifat, dan perbuatan-Nya — merupakan puncak seluruh ilmu dalam Islam. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah, ilmu ini adalah fondasi utama keimanan, sumber kebahagiaan, dan jalan menuju kedekatan dengan Allah ﷻ.

Tanpa mengenal Allah, manusia akan kehilangan arah hidup, tidak mengenal hakikat dirinya, dan terjerumus dalam kesesatan.

1. Kemuliaan Ilmu Sesuai dengan Kemuliaan Obyek yang Diketahui

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata dalam مفتاح دار السعادة (Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah):

فشرف العلم بشرف المعلوم، ولا شك ان اشرف العلوم واعلاها واجلها معرفة الله سبحانه وتعالى واسمائه وصفاته وافعاله، فهو اشرف معلوم، ومعرفته اشرف العلوم.

“Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemuliaan obyek yang dipelajari. Maka, tidak diragukan bahwa ilmu yang paling mulia dan agung adalah mengenal Allah ﷻ, Tuhan semesta alam, yang menegakkan langit dan bumi, yang Maha Benar, yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan, dan suci dari segala kekurangan. Maka, mengenal nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya adalah ilmu paling tinggi nilainya.”

(Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, jilid 1, hal. 89, Dār Ibn al-Jauzī)

Makna:
Ilmu tentang Allah bukan hanya teori teologis, melainkan sumber tauhid, ibadah, dan keikhlasan.
Semakin seseorang mengenal Allah, semakin ia mengenal dirinya, semakin tunduk dan cinta kepada-Nya.


2. Bahaya Melupakan Allah dan Akibatnya bagi Jiwa

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”
(QS. الحشر [Al-Ḥasyr]: 19)

Makna Ayat:
Lupa kepada Allah berarti berpaling dari mengenal-Nya, tidak berdzikir, dan tidak memahami sifat-sifat-Nya.
Akibatnya, Allah menjadikan manusia lupa akan jati diri dan kemaslahatannya sendiri.

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan ayat ini dalam Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah:

فمن نسي ربه نسي نفسه ومصلحتها وما يكملها ويسعدها في معاشها ومعادها، فصار فاسدا مخذولا شقيا.

“Barang siapa melupakan Rabb-nya, niscaya Allah akan menjadikannya lupa terhadap dirinya sendiri, terhadap kemaslahatan dan kesempurnaannya, serta terhadap hal-hal yang membuatnya bahagia di dunia dan akhirat. Akibatnya, ia pun menjadi rusak, hina, dan celaka.”

(Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, jilid 1, hal. 92)

Penjelasan:
Lupa kepada Allah bukan sekadar lalai beribadah, tetapi juga kehilangan arah hidup. Orang tersebut kehilangan kepekaan terhadap kebenaran dan cenderung mengikuti hawa nafsu — bahkan binatang lebih tahu maslahatnya daripada manusia yang berpaling dari Tuhannya.


3. Ilmu tentang Allah adalah Pangkal Segala Ilmu dan Kebahagiaan

Ibnu Qayyim melanjutkan:

فالعلم بالله اصل كل علم، والجهل به اصل كل جهل. وهو اساس السعادة، وعدم معرفته اساس الشقاء.

“Ilmu tentang Allah adalah asal dari segala ilmu, sedangkan kebodohan terhadap-Nya adalah asal dari segala kebodohan. Mengenal Allah adalah dasar kebahagiaan, sedangkan tidak mengenal-Nya adalah dasar kesengsaraan.”

(Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, jilid 1, hal. 94)

Makna:

  • Setiap ilmu yang tidak mengantarkan kepada ma‘rifatullah (pengenalan kepada Allah), maka manfaatnya terbatas.

  • Sebaliknya, ilmu yang menumbuhkan iman, rasa takut, cinta, dan harap kepada Allah adalah ilmu yang benar-benar mulia.


4. Relevansi Bagi Kehidupan Modern

Di era modern yang penuh distraksi, banyak manusia mengejar ilmu dunia tanpa mengenal Sang Pencipta.

Padahal, tanpa mengenal Allah, manusia kehilangan arah spiritual, sehingga hidupnya hampa walau bergelimang pengetahuan.

Maka, mempelajari nama-nama Allah seperti Ar-Rahman (Maha Penyayang), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-‘Alim (Maha Mengetahui) bukan hanya sekadar hafalan, tapi jalan menuju ketenangan hati dan kebahagiaan sejati.


Referensi Lengkap

  1. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, مفتاح دار السعادة ومَنشور ولاية العلم والإرادة (Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah), Dār Ibn al-Jauzī, Jilid 1, hlm. 89–94.

  2. Al-Qur’an al-Karim, QS. Al-Ḥasyr: 19.

  3. Tafsir Ibnu Katsir, tafsir ayat Al-Ḥasyr: 19.

  4. Imam Al-Ghazali, Al-Maqṣad al-Asnā fī Sharḥ Asmā’illāh al-Ḥusnā — pembahasan tentang keutamaan mengenal nama-nama Allah.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Mohon masukkan nama anda di sini