Kitab Tathīrul I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād karya Al-Imam Ash-Shan‘ani termasuk risalah ringkas namun sangat tajam dalam memurnikan tauhid dan membongkar berbagai bentuk syirik yang tersebar di negeri-negeri Islam.
Dalam syarahnya, Sabīlur Rasyād fī Syarh Tathīril I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād karya Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, dijelaskan secara sistematis latar belakang penulisan kitab ini, susunan bab-babnya, serta urgensinya di zaman penuh fitnah kesyirikan dan bid‘ah.
Sekilas tentang Al-Imam Ash-Shan‘ani dan Kitab Tathīrul I‘tiqād
Al-Imam Muhammad bin Isma‘il Al-Amir Ash-Shan‘ani رحمه الله (w. 1182 H) adalah salah satu ulama besar Yaman yang terkenal dengan perhatian besar terhadap hadis dan tauhid. Karya ilmiahnya sangat banyak (mencapai puluhan bahkan ratusan), di antaranya:
- Subul as-Salam (syarah Bulugh al-Maram)
- Tathir al-I‘tiqad ‘an Adran al-Ilhad
- Beberapa karya dalam fikih, ushul, dan syair.
Kitab beliau Tathīrul I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād adalah risalah dalam masalah akidah dan tauhid yang menyingkap:
- Perbedaan antara tauhid para nabi dan tauhid orang musyrik
- Bahaya kesyirikan pada kubur dan wali
- Tipu daya para dukun dan ahli batil yang mengaku tahu perkara gaib
Latar Belakang Sejarah: Syirik yang Menyebar di Negeri-negeri Islam
Di awal muqaddimah, Ash-Shan‘ani menjelaskan dengan sangat lugas mengapa beliau menulis risalah ini. Beliau berkata:
فهذا تطهير الاعتقاد عن أدران الالحاد وجب علي تأليفه وتعين علي ترصيفه لما رأيته وعلمته من اتخاذ العباد الأنداد
“Ini adalah Tathīrul I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād; wajib atas diriku untuk menyusunnya dan penting bagiku untuk merapikannya, karena apa yang aku lihat dan aku ketahui berupa sikap sebagian hamba yang menjadikan tandingan-tandingan (bagi Allah).”
Mengapa Ash-Shan‘ani “Merasa Wajib” Menulis Kitab Ini?
1. Menjawab wabah kesyirikan yang merata
Ash-Shan‘ani menyebut bahwa kesyirikan telah tersebar di berbagai negeri Islam – Yaman, Syam, Mesir, Najd, dan lain-lain – dalam bentuk:
-
- Keyakinan terhadap kubur,
- Keyakinan terhadap “wali hidup” yang mengaku tahu perkara gaib,
- Praktik-praktik yang pada hakikatnya adalah ibadah kepada selain Allah
2. Meluruskan pemahaman tauhid
Banyak orang mengira mereka sudah bertauhid hanya karena:
-
- Mengakui Allah sebagai Pencipta dan Pengatur,
- Masih mengucap syahadat,
- Menunaikan sebagian ibadah zhahir.
Padahal, selama mereka masih melakukan ibadah kepada selain Allah, tauhid mereka tercemar. Inilah yang ingin dibersihkan oleh Ash-Shan‘an
3. Menegakkan hujjah di atas umat
Ash-Shan‘ani menjelaskan dalam bentuk tanya-jawab, hal ini adalah cara untuk:
-
- Memudahkan kaum awam memahami hujjah,
- Menutup celah alasan “tidak mengerti”,
- Menyajikan bantahan terhadap syubhat dengan jelas dan sistematis.
Relevansi Muqaddimah Tathīrul I‘tiqād bagi Umat Islam Saat Ini
Jika kita baca muqaddimah dan syarah Sabīlur Rasyād, kita akan terkejut:
Banyak fenomena yang beliau keluhkan di abad 12 H sangat mirip dengan realitas hari ini, seperti:
- Ziarah kubur yang berubah menjadi permohonan langsung kepada penghuni kubur
- Keyakinan kepada “orang pintar”, dukun, atau praktisi supranatural yang mengaku tahu perkara gaib
- Ritual-ritual yang tidak bersandar pada dalil, tetapi pada “tradisi” dan “turun-temurun”
- Masih ada yang lebih takut kehilangan “berkah” wali daripada takut kepada Allah.
- Masih banyak yang memohon keselamatan kepada penghuni kubur saat safar, operasi, atau tertimpa musibah.
- Ada yang menganggap kritik terhadap kultus kubur berarti melecehkan wali, padahal tujuan sebenarnya adalah memuliakan tauhid dan menyelamatkan umat dari syirik.
Padahal, ibadah hanya milik Allah semata – sebagaimana kita baca setiap hari:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5
Di sinilah nilai besar kitab Tathir al-I‘tiqad:
- Mengembalikan standar agama kepada Al-Qur’an dan Sunnah, bukan tradisi lokal atau kebiasaan turun-temurun.
- Membedakan antara cinta kepada orang saleh (yang disyariatkan) dengan mengagungkan mereka sampai batas ibadah (yang termasuk syirik).
- Menegaskan bahwa tauhid ibadah adalah inti dakwah para rasul – bukan sekadar membahas takdir, filsafat, atau perdebatan madzhab
Kesimpulan
Muqaddimah Tathir al-I‘tiqad menunjukkan ketulusan dan keberanian Imam ash-Shan‘ani:
- Ia melihat kerusakan akidah di tengah umat, khususnya dalam masalah pengkultusan kubur dan wali.
- Ia merasa wajib menulis sebuah risalah yang memurnikan akidah dari noda kesyirikan.
- Ia mengembalikan umat kepada tauhid ibadah, berpegang pada dalil Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana manhaj para rasul.
Bagi pembaca masa kini, memahami muqaddimah kitab ini membantu kita menyadari bahwa isu tauhid dan syirik bukan tema klasik yang sudah selesai, tetapi tema sepanjang zaman yang terus membutuhkan pembaruan dakwah dan penjagaan.
Referensi
- Al-Imam Muhammad bin Isma‘il Al-Amir Ash-Shan‘ani, Tathīrul I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād, Riyadh: Ar-Ri’āsah Al-‘Āmmah lil-Buḥūts Al-‘Ilmiyyah wal-Iftā’
- Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan, Sabīlur Rasyād fī Syarh Tathīril I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād, Dār Ibn Al-Jawzī
- Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah Ar-Rājihī, Tawfīq Rabbil ‘Ibād fī Syarh Kitāb Tathīril I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād liṣ-Ṣan‘ānī, Dār Ibn Al-Jawzī





