Tath-hirul I’tiqad – Pembagian Tauhid

0
1

Pernahkah Anda mendengar istilah pembagian tauhid?
Sebagian orang mengatakan tauhid terbagi menjadi dua, sementara sebagian lainnya mengatakan tiga. Lalu, manakah yang benar? Apakah pembagian tauhid menjadi tiga serupa dengan konsep trinitas dalam agama Nasrani?

Untuk memahami hal ini, kita perlu meninjau kembali penjelasan para ulama terdahulu berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan penjelasan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.


Pembagian Tauhid Menurut Syaikh Muhammad bin Ismail Ash-Shon’ani

Syaikh Muhammad bin Ismail Ash-Shon’ani رحمه الله menjelaskan bahwa tauhid terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu:

  1. Tauhid Rububiyyah (توحيد الربوبية)

  2. Tauhid Ibadah (توحيد العبادة)

Tauhid Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah — juga disebut Kholiqiyyah (خلقِيّة) atau Roziqiyyah (رازقية) — bermakna meyakini bahwa Allah semata yang menciptakan, mengatur, dan memberi rezeki kepada seluruh makhluk.

Tauhid ini bahkan diakui oleh kaum musyrikin sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Dan sungguh, jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Niscaya mereka menjawab: ‘Allah.’”
(QS. الزخرف [Az-Zukhruf]: 87)

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ مِنۢ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ
“Dan jika kamu menanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya?’ Tentu mereka akan menjawab: ‘Allah.’”
(QS. العنكبوت [Al-‘Ankabut]: 63)

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ… فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ
“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi… Maka mereka akan menjawab: Allah.”
(QS. يونس [Yunus]: 31)

Maka jelas, kaum musyrikin pun mengakui Tauhid Rububiyyah, karena hal ini merupakan bagian dari fitrah manusia.


Tauhid Ibadah (Uluhiyyah)

Adapun Tauhid Ibadah berarti mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah, seperti doa, sujud, nadzar, dan pengharapan.
Inilah bentuk tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin, karena mereka mempersekutukan Allah dalam ibadah meskipun mengakui-Nya sebagai Pencipta.

Allah berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat memberi mudarat atau manfaat kepada mereka, dan mereka berkata: ‘Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah.’”
(QS. يونس [Yunus]: 18)


Penjelasan Ulama Tentang Pembagian Tauhid Menjadi Tiga

Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi حفظه الله menjelaskan bahwa pembagian tauhid menjadi dua telah dilakukan oleh ulama terdahulu seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim رحمهما الله.

Namun, para ulama setelah mereka merinci lebih detail sehingga menjadi tiga bagian:

  1. Tauhid Rububiyyah – meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam.

  2. Tauhid Uluhiyyah – mengesakan Allah dalam ibadah.

  3. Tauhid Asma’ wa Shifat – menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa tahrif, ta’thil, takyif, atau tamtsil.

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim dalam At-Tadmuriyyah, hakikat Tauhid Asma’ wa Shifat termasuk dalam Tauhid Rububiyyah, sebab keduanya sama-sama menegaskan keesaan Allah dalam keberadaan, kekuasaan, dan pengaturan-Nya.


⚠️ Bantahan Terhadap Tuduhan “Trinitas”

Syaikh Shalih Al-Fauzan حفظه الله menjelaskan bahwa sebagian orang yang jahil mengatakan:

“Pembagian tauhid menjadi tiga adalah seperti aqidah trinitas kaum Nasrani.”

Padahal ini adalah tuduhan yang keliru.
Pembagian tersebut bukanlah tiga tuhan, melainkan tiga aspek tauhid yang saling berkaitan dalam mengesakan satu Tuhan, Allah سبحانه وتعالى.

Tauhid Rububiyyah menunjukkan bahwa Allah satu-satunya Pencipta.
Tauhid Uluhiyyah menegaskan bahwa hanya Allah yang berhak disembah.
Tauhid Asma’ wa Shifat menetapkan kesempurnaan nama dan sifat-Nya.
Semua ini bermuara pada pengesaan terhadap satu Allah, bukan pembagian dzat Allah.


Kesimpulan

Pembagian tauhid menjadi dua atau tiga sama sekali tidak bertentangan, karena keduanya memiliki makna yang saling melengkapi.
Para ulama terdahulu mengelompokkan secara umum (dua), sedangkan ulama setelahnya merinci lebih detail (tiga).

Intinya, seluruh pembagian itu bertujuan untuk menjelaskan makna tauhid secara lebih mudah dan terstruktur, agar manusia memahami bahwa tidak cukup mengakui Allah sebagai Pencipta (Rububiyyah), tetapi juga harus mengesakan-Nya dalam ibadah (Uluhiyyah) dan mengimani sifat-sifat-Nya (Asma’ wa Shifat).


Referensi:

  1. Taufiqur Rabbil ‘Ibaad fii Syarhi Kitab Tath-hirul I’tiqad, cet. Dar Ibnul Jauzi.

  2. Sabilur Rasyaad Syarhi Tath-hirul I’tiqad, cet. Dar Ibnul Jauzi.

  3. At-Tadmuriyyah — Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

  4. Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid — Syaikh Shalih Al-Fauzan.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Mohon masukkan nama anda di sini