Ketika membahas tauhid, banyak orang hanya membayangkan syahadat, shalat, dan puasa. Padahal, di dalam Tathīrul I‘tiqād, Imām Ash-Shan‘ānī rahimahullāh menjelaskan bahwa ibadah itu beraneka macam, mencakup keyakinan, ucapan, dan amalan lahir maupun harta. Kesalahan memahami jenis-jenis ibadah inilah yang membuat sebagian orang terjatuh pada syirik, padahal mereka mengaku masih “beriman kepada Allah”.
1. Manusia Diciptakan untuk Beribadah
Tujuan penciptaan jin dan manusia adalah ibadah semata, bukan sekadar “percaya kepada Tuhan”:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzāriyāt: 56)
Dalam Tathīrul I‘tiqād, Ash-Shan‘ānī menegaskan sejak awal bahwa tauhid yang diminta bukan hanya tauhid rububiyyah, tetapi terutama tauhid ibadah (ulūhiyyah), yaitu mengesakan Allah dalam seluruh jenis ibadah yang akan dijelaskan.
2. Definisi Ibadah Menurut Ash-Shan‘ānī dan Ulama lainnya
2.1 Ibadah = Puncak Rasa Tunduk dan Tunduk Hanya kepada Allah
Imām Ash-Shan‘ānī rahimahullāh mengatakan:
العبادة اقصى باب الخضوع والتذلل، ولم تستعمل الا في الخضوع لله
“Ibadah adalah tingkatan paling tinggi dari bentuk ketundukan dan kerendahan diri, dan tidak digunakan kecuali dalam ketundukan kepada Allah.”
Artinya, jika bentuk tunduk, takut, berharap, cinta, pengagungan sudah sampai pada derajat tertinggi, dan diarahkan kepada selain Allah, maka itu ibadah kepada selain-Nya—dan ini adalah syirik.
2.2 Definisi Umum Ibadah Menurut Ibnu Taimiyah
Syaikhul Islām Ibnu Taimiyah rahimahullāh menjelaskan:
العبادة اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الاقوال والاعمال الباطنة والظاهرة
“Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, berupa perkataan dan perbuatan, lahir maupun batin.”
Definisi ini selaras dengan apa yang ditegaskan Ash-Shan‘ānī ketika membagi ibadah menjadi berbagai jenis: keyakinan (batin), ucapan (lisan), gerakan badan (lahir), dan pengeluaran harta.
3. Pembagian Ibadah Menurut Ash-Shan‘ānī
Setelah menjelaskan beberapa “aṣl” (pokok penting tauhid), Ash-Shan‘ānī masuk ke fasal tentang jenis-jenis ibadah dan berkata:
اذا عرفت هذه الاصول فاعلم ان الله تعالى جعل العبادة له انواعا
“Jika engkau telah mengetahui pokok-pokok ini, maka ketahuilah bahwa Allah Ta‘ālā menjadikan ibadah untuk-Nya itu beberapa jenis.”
Beliau kemudian merinci empat jenis utama:
3.1 Ibadah I‘tiqādiyyah (Keyakinan)
Ash-Shan‘ānī menjelaskan:
اعتقادية: وهي اساسها، وذلك ان يعتقد انه الرب الواحد الاحد… وانه لا معبود بحق غيره
“(Pertama) ibadah i‘tiqādiyyah (keyakinan), dan inilah dasarnya, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah adalah Rabb Yang Esa, satu-satunya… dan bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Dia.”
Contoh ibadah keyakinan:
- Meyakini Allah satu-satunya Pencipta, Pemberi rizki, Pengatur alam.
- Meyakini hanya Allah yang berhak diibadahi.
- Mengingkari segala bentuk syirik dan thāghūt.
Syirik dalam ranah ini termasuk:
- Meyakini ada makhluk yang “mengatur jagat raya”,
- Meyakini wali atau jin bisa menentukan jodoh, rezeki, atau menolak bala secara mandiri, bukan sebagai sebab yang diizinkan syariat.
3.2. Ibadah Lafzhiyyah (Ucapan Lisan)
Ash-Shan‘ānī berkata:
ومنها اللفظية: وهي النطق بكلمة التوحيد… ومن نطق ولم يعتقد حكمه حكم المنافقين
“Di antaranya ibadah lafzhiyyah, yaitu pengucapan kalimat tauhid. Barang siapa mengucapkannya namun tidak meyakininya, maka hukumnya seperti orang munafik.”
Contoh ibadah ucapan:
-
- Membaca kalimat tauhid dan dzikir,
- Berdoa kepada Allah,
- Membaca Al-Qur’an,
- Bertakbir, bertasbih, bertahmid.
Karena itu, doa termasuk ibadah yang sangat agung. Nabi ﷺ bersabda:
ٱلدُّعَاءُ هُوَ ٱلْعِبَادَةُ
“Doa itu adalah ibadah.” (HR. At-Tirmiżī no. 3247, An-Nasā’ī Al-Kubrā no. 11464, Ibnu Mājah no. 3828, dan Ahmad no. 18436, dinyatakan shahih oleh Al-Albānī)
Maka, meminta kepada selain Allah pada perkara yang hanya mampu dilakukan Allah (seperti ampunan, masuk surga, menyelamatkan dari neraka) adalah syirik dalam ibadah doa.
3.3. Ibadah Badaniyyah (Amalan Fisik)
Ash-Shan‘ānī menyebutkan:
وبدنية، كالقيام والركوع والسجود في الصلاة، ومنها الصوم وافعال الحج والطواف
“(Selanjutnya) ibadah badaniyyah, seperti berdiri, rukuk, dan sujud dalam shalat; juga puasa dan amalan-amalan haji serta thawaf.”
Contoh ibadah fisik:
-
- Shalat, sujud, rukuk, thawaf, sa‘i, wuquf di Arafah.
- Puasa, i‘tikaf, dan amalan jasmani lainnya yang diniatkan ikhlas karena Allah.
Jika bentuk-bentuk ibadah fisik ini ditujukan kepada selain Allah — misalnya sujud kepada kubur, thawaf mengelilingi bangunan selain Ka‘bah, atau sujud kepada makhluk — maka itu termasuk syirik.
3.4. Ibadah Māliyyah (Amalan Harta)
Ash-Shan‘ānī berkata:
ومالية، كاخراج جزء من المال امتثالا لما امر الله تعالى به
“Dan (ada pula ibadah) maliyyah, yaitu mengeluarkan sebagian harta sebagai pelaksanaan perintah Allah Ta‘ālā.”
Contoh:
-
- Zakat wajib dan sedekah sunnah,
- Infak di jalan Allah,
- Menyembelih hewan kurban dan hadyu,
- Menunaikan nazar dalam ketaatan.
Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ ٱللَّهَ فَلْيُطِعْهُ
“Barang siapa bernazar untuk menaati Allah, maka hendaklah ia menaati-Nya.”
(HR. Al-Bukhārī no. 6696)
Nazar adalah ibadah harta yang tidak boleh diarahkan kepada selain Allah.
4. Kesimpulan
Pembahasan Anwā‘ al-‘Ibādah dalam Tathīrul I‘tiqād menunjukkan bahwa:
-
Ibadah mencakup empat pokok besar:
-
Seluruh jenis ibadah itu wajib diikhlaskan hanya untuk Allah.
-
Memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah — baik kepada nabi, malaikat, wali, jin, atau selainnya — adalah syirik yang membatalkan tauhid.
Dengan memahami pembagian ibadah ini, seorang muslim tidak lagi memandang tauhid sebatas “mengakui Allah sebagai Pencipta”, tetapi menyadari bahwa tauhid adalah memurnikan seluruh jenis ibadah—lahir dan batin—hanya untuk Allah.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang menegakkan tauhid dalam keyakinan, ucapan, amal, dan harta. Āmīn.
Referensi
- Al-Imam Muhammad bin Isma‘il Al-Amir Ash-Shan‘ani, Tathīrul I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād, Riyadh: Ar-Ri’āsah Al-‘Āmmah lil-Buḥūts Al-‘Ilmiyyah wal-Iftā’
- Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan, Sabīlur Rasyād fī Syarh Tathīril I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād, Dār Ibn Al-Jawzī
- Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah Ar-Rājihī, Tawfīq Rabbil ‘Ibād fī Syarh Kitāb Tathīril I‘tiqād ‘an Adrānil Ilhād liṣ-Ṣan‘ānī, Dār Ibn Al-Jawzī