2 Perkara yang Banyak Memasukkan Seseorang ke dalam Surga dan Neraka

0
7

Setiap manusia mendambakan surga dan takut akan neraka. Namun, Rasulullah ﷺ memberikan penjelasan sederhana namun mendalam bahwa dua perkara utama dapat menentukan arah akhir kehidupan seseorang — apakah menuju surga atau neraka.

Hadis ini menjadi tolok ukur moral dan spiritual bagi setiap Muslim agar memperhatikan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia.


Teks Hadis dan Terjemahannya

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

سُئِلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ: تَقْوَى اللهِ، وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ: الْفَمُ وَالْفَرْجُ

“Rasulullah ﷺ ditanya mengenai perkara yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau menjawab: ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Lalu beliau ditanya pula mengenai perkara yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: ‘(Dosa karena) mulut dan kemaluan.’”

(HR. At-Tirmidzi no. 2004, Ibnu Majah no. 4246. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh Al-Hafizh Abu Thahir.)


1. Dua Perkara yang Memasukkan ke Dalam Surga

a. Takwa kepada Allah

Takwa berarti menjaga diri dari murka Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan:

التقوى هي أن تجعل بينك وبين عذاب الله وقاية بفعل أوامره واجتناب نواهيه

“Takwa adalah menjadikan antara dirimu dan azab Allah penghalang, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.”

(Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 47)

Takwa adalah pondasi utama keselamatan dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberi jalan keluar baginya.”
(QS. At-Talāq [65]: 2)


b. Akhlak yang Baik

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2018, dinilai hasan shahih oleh Al-Albani)

Penjelasan:

  • Akhlak yang baik mencakup kejujuran, kesabaran, kasih sayang, rendah hati, dan menahan amarah.

  • Akhlak menjadi cerminan sejati dari keimanan dan ketakwaan seseorang.

  • Dengan akhlak yang mulia, hubungan antar manusia menjadi harmonis, dan hubungan dengan Allah semakin kuat.


2. Dua Perkara yang Banyak Menjerumuskan ke Dalam Neraka

a. Lisan (Mulut)

Lisan adalah anggota tubuh kecil, namun paling sering membawa manusia kepada kebinasaan.
Rasulullah ﷺ bersabda:

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“Bukankah manusia akan diseret ke dalam neraka karena hasil dari ucapan lisan mereka?”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616, hasan shahih)

Ucapan dusta, ghibah, fitnah, dan mencela adalah sebagian dari dosa besar lisan yang harus dijaga.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

إن أكثر خطايا ابن آدم في لسانه

“Sesungguhnya kebanyakan kesalahan anak Adam berasal dari lisannya.”
(Al-Fawaid, hlm. 162)


b. Kemaluan (Syahwat)

Nafsu syahwat yang tidak dijaga adalah sebab utama kehancuran moral manusia.
Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barang siapa menjamin untukku (menjaga) apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin baginya surga.”
(HR. Al-Bukhari no. 6474)

Penjelasan:

  • Menjaga kemaluan berarti menjauhi zina, perbuatan keji, dan hal-hal yang menjerumuskan kepadanya.

  • Dalam Islam, syahwat harus disalurkan melalui jalan yang halal, yaitu pernikahan.


Kesimpulan

Keselamatan dunia dan akhirat bergantung pada takwa, akhlak, lisan, dan kemaluan.
Barang siapa mampu menjaga empat hal ini, maka Allah akan memuliakannya di dunia dan di akhirat.


Referensi Lengkap

  1. Shahih At-Tirmidzi, no. 2004, Kitāb al-Birr waṣ-Ṣilah.

  2. Sunan Ibnu Majah, no. 4246.

  3. Shahih Al-Albani, Shahih At-Tirmidzi, hadis hasan shahih.

  4. Syarh Riyadhus Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, bab “Husnul Khuluq”.

  5. Taisir al-Karim ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, tafsir QS. At-Talaq: 2.

  6. Al-Fawaid, Imam Ibnul Qayyim, hlm. 162.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Mohon masukkan nama anda di sini