Salah satu sebab terbesar lapangnya dada adalah ketika seorang hamba berbuat ihsan (kebaikan) kepada makhluk — baik melalui ucapan, perbuatan, maupun harta.
Berbuat baik bukan hanya menenangkan orang lain, tetapi juga melapangkan hati pelakunya.
Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr حفظه الله berkata:
الإحسان إلى الخلق يورث انشراحا في الصدر وانبساطا في النفس وسعادة في القلب ومن بخل عن الإحسان ضاق صدره وانقبض قلبه
“Berbuat ihsan kepada makhluk melahirkan kelapangan dada, ketenangan jiwa, dan kebahagiaan hati. Sebaliknya, orang yang enggan berbuat baik akan sempit dadanya dan gelap hatinya.”
(‘Asyaratu Asbāb li Insyirāḥiṣ Ṣadr, hlm. 21)
Dalil Al-Qur’an Tentang Keutamaan Ihsan
Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
(QS. الرَّحْمٰن [Ar-Raḥmān]: 60)
Ayat ini mengandung dua makna:
-
Di dunia, orang yang berbuat baik akan mendapatkan balasan kebaikan berupa ketenangan dan kelapangan dada.
-
Di akhirat, Allah akan membalasnya dengan pahala yang sempurna.
Sebagaimana firman Allah Ta‘ala yang lain:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan.”
(QS. النحل [An-Naḥl]: 128)
️ Allah menegaskan bahwa keberadaan-Nya bersama orang yang berbuat ihsan, yaitu dengan memberikan pertolongan, taufik, dan ketenangan batin.
Hadits Nabi ﷺ Tentang Keutamaan Ihsan
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu.”
(HR. مسلم [Muslim] no. 1955)
Dan sabda beliau yang masyhur:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sebaik-baiknya.”
(HR. البيهقي [Al-Baihaqī] dalam Syu‘abul Īmān, no. 5313)
Ihsan bukan hanya memberi harta, tapi juga menunaikan setiap amal dengan kesungguhan dan keikhlasan.
Penjelasan Ulama
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله berkata:
من أعظم أسباب شرح الصدر الإحسان إلى الخلق ونفعهم بما يمكن من المال والجاه والنفع البدني وأنواع الإحسان فكلما أكثر إحسانه واتسع به صدره وانشرح به قلبه
“Di antara sebab terbesar lapangnya dada adalah berbuat ihsan kepada makhluk: membantu mereka dengan harta, kedudukan, tenaga, dan bentuk kebaikan lainnya. Semakin banyak ia berbuat ihsan, semakin lapang dadanya dan semakin luas hatinya.”
(Zād al-Ma‘ād, 2/32)
Beliau juga menulis:
العبد في إحسانه إلى الناس وقيامه بمصالحهم يفرح وينشرح صدره ويجد لذة تفوق لذة الأخذ منهم
“Seorang hamba ketika berbuat baik kepada manusia dan membantu mereka dalam urusannya, ia akan merasakan kegembiraan dan kelapangan dada yang jauh lebih besar daripada kenikmatan menerima pemberian.”
(Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, 1/520)
Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah menulis:
القلوب مفطورة على حب من أحسن إليها وبغض من أساء إليها فإذا أحسنت إلى الخلق أحبك الله وفتح لك قلوبهم وألانها لك
“Hati manusia secara fitrah mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat buruk kepadanya. Maka jika engkau berbuat baik kepada makhluk, Allah akan mencintaimu, membukakan hati mereka untukmu, dan melembutkannya bagimu.”
(‘Asyaratu Asbāb li Insyirāḥiṣ Ṣadr, hlm. 22)
Hubungan Antara Ihsan dan Lapangnya Dada
Lapangnya dada tidak datang dari banyaknya harta atau pangkat, tetapi dari rasa bahagia yang lahir setelah berbuat baik.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. الطبراني [Ath-Ṭabarānī] dalam Al-Mu‘jam al-Kabīr, no. 13234, dishahihkan oleh Al-Albani)
Semakin banyak manfaat yang engkau sebarkan, semakin lapang pula dadamu — karena berbuat baik adalah nutrisi bagi ruh.
Referensi Lengkap
- Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, ‘Asyaratu Asbāb li Insyirāḥiṣ Ṣadr, Dārul Minhāj.
- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zād al-Ma‘ād, Dārul Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, Dārul Ma‘ārif.
- Shahīh Muslim dan Syu‘abul Īmān karya Al-Baihaqī.
-
Al-Mu‘jam al-Kabīr, Ath-Ṭabarānī.









